Skip to content Skip to navigation

Pertemuan dengan Kepala Perpustakaan Nasional

22 Januari 2009 pukul 10 pagi, telah sepakat Kepala Perpustakaan Nasional Bapak Dady beserta staff khusus (Ibu Melly, Ibu Anna, Ibu Lucy dan Ibu Mekar) bertemu dengan dengan kami (Yati Kamil, Putu Pendit, Wien, Tosye, Sekar, em, Ade, Yuli, Arya, Arif, Doyo). Hal yang dibicarakan pada saat itu adalah hasil dari pertemuan dan diskusi di KOMNAS HAM akhir tahun 2008 menghasilkan position paper mengenai 15 Pokok Perhatian Kepustakawanan Indonesia.
Diawali dengan cerita singkat yang melatarbelakangi pertemuan antara pustakawan, bahwa kondisi kepustakawanan belum menyenangkan. Dilanjutkan dengan pertemuan di KOMNAS HAM yang menhasilkan position paper. Kesempatan untuk bertemu dengan kepala

Perpustakaan Nasional untuk memperkenalkan teman-teman yang sebagian besar generasi muda dalam bidang kepustakawanan dan mendiskusikan tentang position paper dan kaitannya dengan implementasi UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, khususnya mengenai Pasal 30 yang berisi:
“Perpustakaan Nasional, perpustakaan umum Pemeritah, perpustakaan umum provinsi, perpustakaan umum kabupaten/kota, dan perpustakaan perguruan tinggi di pimpin oleh pustakawan atau oleh tenaga ahli dalam bidang perpustakaan.”

Pak Dady, Kepala Perpustakaan Nasional memberikan gambaran secara singkat mengenai hal-hal yang juga menjadi tanggung jawab Perpustakaan Nasional, keberadaan UU Perpustakaan dan bagaimana cara mengenai mekanisme pengimplementasian sebuah UU dan perlunya di buatkan Peraturan Pemerintah untuk sebagai sarana pendukung juga birokrasi yang juga menjadi pertimbangan.

Selanjutnya Pak Putu mengutarakan15 hal dalm position paper yang membutuhkan perhatian segera diantaranya:
1. Siapa calon kepala Perpustakaan Nasional dengan visi dan misinya.
2. Perpusnas mempunyai posisi yang strategis untuk mengubah wajah kepustakawanan Indonesia khususnya dalam hal kepemimpinan.
3. Harapan akan peran Perpustakaan Nasional dalam mengembangan kurikulum di lembaga pendidikan yang nantinya akan menghasilkan tenaga-tenaga pustakwan dengan kualitas yang baik. Dengan kualitas pustawakan yang baik, akan mempengaruhi opini/image masyarakat terhadap pustakawan atau perpustakaan.
4. Bagaimana dengan organisasi profesi? Usulan bahwa semua organisasi profesi disatukan dalam satu area di Perpusnas. Tidak melihat adanya koordinasi antara organisasi profesi.

Mbak Yuli menekankan mengenai langkah strategis yang dipersiapkan Perpustakaan Nasional. Farli dan Ade juga menambahkan mengenai dibentuknya Dewan Perpustakaan dan apa yang bisa dilakukan berbagai organisasi kepustakawanan atau pustakawan di luar lingkungan Pepustakaan Nasional untuk bersama-sama meningkatkan kualitas kepustakawanan Indonesia sekaligus menggugah pustakawan berperan aktif sebagai bentuk pengabdiannya bagi masyarakat madani.

Akhirnya Wien memberikan usulan untuk mengundang seluruh kalangan yang peduli mengenai permasalahan dan tantangan yang dihadapi kepustakawanan Indonesia sekaligus juga melibatkan masyarakat dan media. “Sudah saatnya, Perpusnas harus bisa merangkul seluruh elemen di dunia perpustakaan. Kalau tidak maka peran kita mulai tergantikan dengan masyarakat karena mereka bisa mencerdaskan dirinya sendiri. Perpusnas sebaiknya juga ikut membangun opini untuk mengangkat kepedulian masyarakat terhadap isu-isu”.

Semua setuju atas usulan Wien dan mendaulat Perpustakaan Nasional tempat penyelanggaraaan acara dan penyelenggara acara.

Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 12.00 dan sudah dua jam kami berdiskusi dengan Pak Dady dan staff di ruang pertemuan Perpustakaan Nasional.

Hasil akhir, akan ada diskusi yang diadakan sekitar minggu ke-2 di bulan February 2009.

Add new comment

Plain text

  • No HTML tags allowed.
  • Web page addresses and e-mail addresses turn into links automatically.
  • Lines and paragraphs break automatically.
CAPTCHA
This question is for testing whether or not you are a human visitor and to prevent automated spam submissions.
Image CAPTCHA
Enter the characters shown in the image.