Skip to content Skip to navigation

Hanya 30 Persen Warganet yang Membaca Buku

Jakarta - Hampir sepuluh tahun sejak artikel Nicholas Carr yang berjudul "Is Google Making Us Stupid?" terbit di The Atlantic. Sampai saat ini mungkin masih menjadi perdebatan apakah penggunaan internet memang membuat kita bodoh atau justru membuat kita lebih pintar. Namun dari hasil survei GfK—Gesellschaft für Konsumforschung atau Asosiasi Penelitian Konsumen—menunjukkan hanya 30 persen dari mereka yang menggunakan internet membaca buku setiap hari.
 
Perusahaan riset pasar yang berbasis di Jerman tersebut bulan Maret lalu merilis laporan mengenai frekuensi membaca buku para netizen atau warganet. Survei ini mencakup 17 negara dan dilakukan secara daring. Warganet Indonesia tidak termasuk yang disurvei oleh GfK.
 
GfK melakukan survei ini pada musim panas 2016 dengan total responden lebih dari 22.000 yang berumur 15 tahun atau lebih di tujuh belas negara yang berada di Asia, Amerika, Eropa, dan Australia. Pertanyaan yang diajukan ke responden adalah "Please indicate how often you do the following activity: Read books". Responden diberikan lima pilihan; "Every day or most days", "At least once a week", "At least once a month", "Less often", dan "Never".
 
Secara keseluruhan hanya 30 persen responden yang mengatakan mereka membaca buku "setiap hari". Tiongkok menjadi negara dengan persentase tertinggi yakni 35 persen, diikuti oleh Spanyol dan Inggris Raya dengan persentase masing-masing 32 persen. 
 
Jika responden yang mengatakan "setiap hari" dan "setidaknya seminggu sekali" membaca buku digabungkan, hasilnya akan naik menjadi 59 persen. Tiongkok tetap memimpin dengan 70 persen, diikuti Rusia dengan 59 persen, dan Spanyol dengan 57 persen.
 
Temuan lainnya, perempuan lebih gemar membaca dari pria. 32 persen perempuan yang disurvei mengatakan mereka membaca buku "setiap hari". Bandingkan dengan persentase pria yang mengatakan membaca buku "setiap hari" yang hanya mencapai 27 persen.
 
Rumah tangga yang berpenghasilan tinggi lebih mungkin membaca buku dibandingkan dengan rumah tangga yang berpenghasilan rendah. Lebih dari sepertiga responden (35 persen) yang berpenghasilan tinggi mengatakan membaca buku “setiap hari”. Sedangkan dari responden yang berpenghasilan rendah hanya seperempat (24 persen) yang mengatakan membaca buku “setiap hari”.
 
Jumlah responden dengan persentase tertinggi yang mengatakan mereka “tidak pernah” membaca buku berasal dari negara Belanda dan Korea Selatan. Masing-masing sebanyak 16 persen responden dari kedua negara tersebut yang mengatakan “tidak pernah” membaca buku.
 
Laporan lengkap survei ini terdiri dari 83 halaman dengan grafik yang lebih rinci dari setiap negara yang disurvei dapat diunduh di sini. Hanya perlu registrasi menggunakan surel dan tidak dikenakan biaya.
 
Penulis: danies W R @danies_WR

Add new comment

Plain text

  • No HTML tags allowed.
  • Web page addresses and e-mail addresses turn into links automatically.
  • Lines and paragraphs break automatically.
CAPTCHA
This question is for testing whether or not you are a human visitor and to prevent automated spam submissions.
Image CAPTCHA
Enter the characters shown in the image.