Skip to content Skip to navigation

Pustakawan Harus Berinovasi

Bogor, 18 September 2017. Perkembangan dan perubahan yang cepat di dunia teknologi informasi, mulai dari kemunculan internet hingga penggunaan smartphone, jelas ikut mengubah paradigma di dunia perpustakaan dan kepustakawanan Indonesia yang dituntut untuk terus berinovasi dalam menghadapi perubahan ini.
 
Sehubungan dengan itu, Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) bekerjasama dengan Ikatan Sarjana dan Informasi Indonesia (ISIPII) dan IPC Corporate University, menyelenggarakan: Semiloka Nasional Kepustakawanan Indonesia 2017 dan Musyawarah Nasional (MUNAS) FPPTI, dengan tema “The Future of Indonesian Librarianship: Think Innovation and Change”.
 
“Tema ini diangkat dengan tujuan untuk menggali perkembangan baru dalam dunia perpustakaan, informasi, teknologi informasi, dan arsip dari para pakar, pengelola, pemerhati, pengajar, dan praktisi perpustakaan dan informasi,” kata Mariyah Muri, Ketua Panitia Pelaksana Semiloka Nasional Kepustakawanan Indonesia 2017. Semiloka ini akan berlangsung pada tanggal 18-19 September 2017 bertempat di IPC Corporate University, Ciawi, Bogor.
 
Peserta yang berpartisipasi pada semiloka ini sebanyak kurang lebih 140 peserta. Mereka adalah para Kepala Perpustakaan, para Ketua FPPTI Wilayah di Indonesia, pustakawan, arsiparis, mahasiswa, dosen dan pemerhati perpustakaan dari perpustakaan Perguruan tinggi, sekolah, Perpustakaan Khusus, Umum, dan beberapa berasal dari perpustakaan kementerian / instansi yang ada di Indonesia.
 
Acara dibuka oleh Staf Khusus Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristek Dikti), Abdul Wahid Maktub yang mewakili Menteri Ristek Dikti. Dalam pidatonya, Abdul Wahid mengatakan  ini  kita sedang menghadapi realitas baru oleh karena itu kita membutuhkan respon yang baru dan pustakawan menjadi agen perubahan yang memiliki peran penting. Pustakawan diharuskan punya visi ke depan.  “Visi dari organisasi profesi kepustakawanan tidak bisa lagi hanya tentang dirinya sendiri, tapi untuk Indonesia, untuk Asia, untuk dunia,” menurut Abdul Wahid.
 
Sejalan dengan Abdul Wahid Maktub, Kepala Perpustakaan Nasional, Syarif Bando yang menjadi pembicara kunci (keynote speaker) juga menyatakan perpustakaan harus punya visi ke depan terutama kebutuhan masyarakat yang perlu diantisipasi oleh pustakawan. “Pustakawan harus punya visi tidak satu dua tahun ke depan, tapi sepuluh sampai dua puluh tahun ke depan akan seperti apa kebutuhan informasi dari masyarakat,” ungkapnya. Selama perubahan-perubahan di masa depan dapat diantisipasi oleh pustakawan, perpustakaan akan selalu relevan.
 
Presiden Joko Widodo saat meresmikan gedung Perpustakaan Nasional yang baru pada tanggal 14 September 2017 yang lalu juga menyatakan bahwa layanan perpustakaan saat ini mau tidak mau harus ikut berinovasi di dunia digital. Jika tidak berinovasi, perpustakaan terancam ditinggal oleh masyarakat yang beralih ke sumber informasi lainnya.
 
Selain semiloka, agenda yang lain adalah Seminar Nasional dengan tema “The Future of Indonesian Librarianship: Think Innovation and Change”, Lokakarya Nasional, Pelatihan-pelatihan, dan Musyawarah Nasional FPPTI.
 
Acara itu juga mengumumkan pemenang dan nominasi Indonesian Academic Librarian Award 2017 versi Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) sebagai pemenang Rikarda Ratih Saptaastuti, S.Sos dari FPPTI wilayah Jateng dan finalis adalah Mufiedah Nur, M.Si dari FPPTI Jawa Timur, Jeng Ayu Ning Tyas, S.Sos dari FPPTI Jawa Barat, P. Iman Hery Wahyudi dari FPPTI DKI Jakarta dan Anita Ekarini, S.Sos dari FPPTI Lampung.
 
Penulis: danies W R
Foto : Bambang Heriyanto

Add new comment

Plain text

  • No HTML tags allowed.
  • Web page addresses and e-mail addresses turn into links automatically.
  • Lines and paragraphs break automatically.
CAPTCHA
This question is for testing whether or not you are a human visitor and to prevent automated spam submissions.
Image CAPTCHA
Enter the characters shown in the image.