- Penerima Grant untuk Program Master, Non-degree, atau Pelatihan Ilmu Perpustakaan Luar Negeri yang Berasal dari Luar PDIN/PDII-LIPI. Sumber: Laporan Tahunan PDIN(PDII)-LIPI, 1975-1985.
Dari tahun 1978 sampai dengan 1982 tercatat PDIN/PDII mengupayakan grant bagi 17 orang pustakawan, dari luar PDIN/PDII, untuk menjalani program master, pelatihan (tanpa gelar) atau pelatihan tentang ilmu perpustakaan di luar negeri, yaitu:
- Praktek kerja di PDIN
- Ketua Ikatan Pustakwan Indonesia: 1973-1975
- Anggota Panitia Penasehat pada UNISIST/UNESCO: 1973-1975
- Ketua Proyek Standarisasi Pusdokinfo: 1974-1987l
- Anggota Nasional Konsorsium National Libraries Documentation Centers – Southeast Asia(NLDC/SEA): 1977
- Ketua 3rd Conference of Southeast Asian Librarians (CONSAL) di Jakarta: 1-5 Desember 1975
- Wakil Ketua II Panitia Program UNISIST (SK Ketua LIPI no. 3822/Kep.A.8/77 tgl 1 Juli 1977)
- Excecutive Board 5th CONSAL Unesco Post Grafuate Training ,University of the Philuppines: 1978-1985
- AnggotaTim Ahli KOWANI: 1988-1993
- The ASEAN Secretariat Library: An Approach to Development 1984-1988
- Indonesia: Review to R & D in Science and Technologyof Information Issue of Important to National Development. 1986
- ILO Library Consultant: 1986
- The World Bank Consultant for Public and School Library: 1991
- “Kita tentu sepakat bahwa dalam semua tingkat pembangunan pengembangan dan semua golongan dan lapisan masyarakat berhak memperoleh informasi yang diperlukan. Namun dalam kenyataan usaha-usaha mencapai mekanisme penyampaian informasi secara efisien dan merata masih belum tercapai.”
- “Mengingat betapa besarnya dan aneka ragamnya kepentingan masyarakat pemakai informasi, ditambah lagi luasnya wilayah Indonesia dan besarnya penduduk, sudah sepantasnya diperlukan perencanaan yang baik kalau kita ingin merealisasikan pemerataan layanan inforamsi. Usaha-usaha sudah cukup banyak. Kelemahannya ialah bahwa sampai waktu ini kebijaksanaan dan usaha penangannya belum dilaksanakan secara terpadu."
- “Tugas ini jelas tidak mudah di sini karena tugas penyediaan informasi bukan merupakan monopoli dari suatu instansi, tetapi dilakukan oleh banyak instansi yang secara administratif masing-masing berdiri sendiri. Untuk menangani persoalan ini diperlukan beberapa ahli yang kuat dan berwibawa yang mampu mengemban tugas-tugas koordinasi untuk kepentingan pemerataan pelayanan. Pengertian koordinasi perlu digaris bawahi di sini dan supaya tidak disama artikan dengan membawahi secara administratif. Yang sangat diperlukan ialah perubahan sikap dan peremajaan pandangan perihal kebijaksanaan sistem nasional bidang perpustakaan dokumentasi dan informasi. Sampai saai ini masih terlalu sering kita lihat perpustakaan-perpustakaan atau pusat-pusat dalam menjalankan tugasnya berdiri sebagai pulau-pulau dalam isolasi, tanpa menginsafi bahwa tiap program sebenarnya merupakan simpul (node) yang terus berkembang dan perlu dikaitkan denganlain-lain simpul yang ada. Yang perlu kita bina ialah mekanisme sistem pelayanan informasi yang merata menjangkau kepentingan semua lapisan masyarakat."
- “Sejak 1971 sebagai hasil Workshop Sistem Jaringan Informasi & Dokumentasi telah diperoleh kesepakatan bentuk pusat-pusat dengan tugas nasional, y.i PDIN-LIPI untuk bidang ilmu dan teknologi, Bibliotheca Bogoriences, Departemen Pertanian untuk bidang biologidan pertanian, Perpustakaan Pusat Departemen Kesehatan untuk bidang kesehatan dan kedokteran, sedang bidang-bidang ilmu sosial dan kemanusiaan diusulkan untuk untuk dicakup oleh Perpustakaan Museum Pusat, Departemen P & K. Setelah menunggu sekian lamanya, yang tsb akhir ini pada tahun 1980 telah diangkat menjadi Perpustakaan Nasional”
- “Keadaan pusat-pusat tersebut sangat dipengaruhi oleh kebijaksanaan masing-masing Departermen. Bibliotheca Bogoriensis untuk beberapa tahun mengalami waktu yang tidak menentu sehingga sangat merugikan bagi pemakai informasi bidang biologi dan pertanian. ... PDIN pun tidak luput dari masalah-masalah sebagai akibat dari tidak jelasnya kebijaksanaan pembangunan tugas antara perpustakaan-perpustakaan. Tugas-tugas tambahan melayani masyarakat pada umumnya, bahkan terpaksa membuka diri untuk anak sekolah dan mahasiswa, menyebabkan kurangnya konsentrasi untuk kepentingan jasa ilmuwan dan teknolog”.
- Kelemahan dalam koleksi maupun jasa di perpustakaan IPTEK pada umumnya, perlu segera diperbaiki untuk mendukung program pendidikan , pengajaran riset dan pengembangan.
- Ilmuan dan peneliti sebagai pemakai informsi belum menyuarakan secara tegas jenis jasa yang diperlukan untuk mendukung tugas mereka.
- Komunikasi yang akrab antara petugas dan pemakai informasi perlu untuk membina saling saling pengertian mengenai kebutuhan tersedianya jasa.
- Masih banyak diperlukan tenaga inti pustakawan dengan pandangan-pandangan baru akan ruang lingkup tugas perpustakaan dan informasi IPTEK.
- Berita MIPI. Tahun ke III, No. 2, Djuni 1959. Hal. 25-27
- Laporan Tahunan PDIN, Tahun 1975 sampai dengan 1985
- “Luwarsih Pringgoadisurjo”. Artikel dikirim oleh 7460036 pada 19 Juni 2012 – 1:10 am. Dalam Tokoh Perpustakaan. http://digilib.undip.ac.id/v2/2012/06/19/luwarsih-pringgoadisurjo/
- Peabody Pillar 1960. p 135, 138, 240
- Rimbarawa, Kosam. Kerjasama jaringan perpustakaan dan akses informasi: Kumpulan karya tulis Luwarsih Pringgoadisurjo. Jakarta: PDII-LIPI, 1995. 166 hal
- Riwayat Hidup Luwarsih Pringgoadisurjo. Arsip Karyawan PDII-LIPI
- Sudarsono, Blasius. Pesan Penuntun Perjalanan Yang Masih Terekam. Dalam Facebook Blasius Sudarsono. 4 Juli 2017
Add new comment